Akhir-akhir ini, banyak banget masalah berkembang dari sebuah puyer, banyak perdebatan tentang penggunaan sediaan obat puyer di masyarakat. Banyak yang menentang penggunaan puyer, tapi banyak juga yang mendukung penggunaan puyer.
Puyer yang dikenal ada 2 macam, yang pertama puyer yang dibuat oleh pabrik-pabrik farmasi biasanya untuk orang dewasa, seperti puyer sakit kepala. Dan yang kedua adalah puyer yang dibuat oleh farmasis/apoteker di rumah sakit, atau apotek. Dan yang menjadi perdebatan disini adalah puyer yang kedua, yaitu yang dibuat oleh farmasis/apoteker.
Sebenarnya bagaimana sih sebuah puyer itu dibuat???
Puyer itu dibuat dengan mencampurkan beberapa macam obat yang diresepkan oleh dokter ke dalam suatu wadah yang disebut dengan mortar. Kemudian obat-obat tersebut digerus sampai halus, dan sampai benar-benar homogen. Setelah itu serbuk yang sudah jadi, dibagi-bagi kedalam kertas pembungkus.
Trus, apa masalahnya?
Nah, disini kita akan bahas apa sebenernya keuntungan dan kerugiaan dari sediaan obat puyer.
Kerugian :
1. Tidak higienisKenapa dikatakan tidak higienis??Ketidak-higienisan bisa karena macam-macam hal.Bisa saja dari mortar atau stamper yang akan digunakan,masih tersisa obat-obatan sebelumnya. Sehingga tingkat higienitasnya menjadi rendah, dan dikhawatirkan kalau obat-obat yang bercampur tersebut akan bereaksi (menjadi bentuk senyawa lain yang mungkin bisa membahayakan, atau tidak berpotensi). Selain pada mortar atau stampernya, mungkin juga pada tangan peracik yang dalam hal ini apoteker atau asisten apoteker. Sebaiknya peracik menggunakan sarung tangan untuk meracik dan mencampurkan obat-obat tersebut. Selain itu juga mungkin bisa dari kertas pembungkusnya.
2. Tidak homogenKetidakhomogenan mungkin saja bisa terjadi. kehomogenan bisa dilihat dari warnanya, kalau obat-obat tersebut berwarna, saat digerus kehomogenan dilihat dari warna yang sama rata. Tetapi yang bermasalah adalah apabila warna dari obat-obat tersebut semuanya sama, putih. Akibatnya, kita tidak dapat tahu apakah obat-obat tersebut sudah bercampur rata atau belum. Dan hal ini dapat berbahaya sebab bisa saja di satu kertas, obat A lebih banyak daripada obat B/C, sedangkan di kertas lainnya obat C lebih banyak daripada obat A/B.
(Tapi kalau tidak salah, sebagai orang yang pernah bergulat di perkuliahan farmasi nih... Untuk membantu melihat homogenitas campuran serbuk yang warnanya sama dapat digunakan carmin/pewarna yang tidak berinteraksi dengan obat)
3. Takaran tidak akuratKetidakakuratan ini akan berhubungan dengan dosis nantinya. Kenapa bisa tidak akurat? Di beberapa tempat, atau mungkin di semua tempat,pembagian serbuk-serbuk obat tersebut ke dalam kertas pembungkus, tidak dilakukan dengan ditimbang, tetapi lebih dengan PENGAMATAN MATA!! Hal inilah yang bisa berbahaya, sebab mungkin di satu kertas A lebih beberapa miligram daripada di kertas B.
(Namun berdasarkan teorinya juga, bagaimanapun juga hal seperti itu dilakukan hanya untuk obat-obatan yang indeks terapinya lebar. Artinya, apabila dosisnya berlebihan tidak langsung mencapai efek toksik. Untuk obat-obatan dengan indeks terapi sempit, farmasis diharuskan menimbang puyer satu persatu).
4. Adanya serbuk yang terbuangDengan menggerus obat menjadi bentuk puyer, akan banyak serbuk obat yang terbuang di beberapa tempat. Misalnya, seorang dokter meresepkan Parasetamol 500 mg, oleh asisten apoteker, diambil tablet Parasetamol 500mg, dan digerus. Setelah digerus, kemudian dibagikan ke beberapa kertas pembungkus. Serbuk terbuang pertama adalah di mortar. Apalahi kalau mortar yang digunakan permukaannya tidak rata, maka kemungkinan adanya obat yang tertinggal. Serbuk terbuang yang kedua saat pembagian di kertas pembungkus, bisa saja ada yang terjatuh. Serbuk terbuang ketiga, mungkin saja serbuk tertinggal di kertas pembungkus. Serbuk-serbuk yang terbuang tersebut, mengakibatkan dosis parasetamol itu tidak lagi 500 mg, tetapi berkurang. Hal tersebut mungkin saja berpengaruh terhadap efek obat nantinya, meskipun hal ini kecil kemungkinannya.
5. PolifarmasiPolifarmasi sangat mungkin terjadi pada sediaan puyer. Adanya berbagai macam obat yang dicampur menjadi satu, dapat menimbulkan interaksi obat, selain itu juga mungkin akan timbul efek samping, atau juga bahkan bisa meningkatkan toksisitasnya.(Disinilah peran farmasis sangat dibutuhkan. Saat menerima resep dari dokter, pertama kali yang harus dilakukan seorang farmasis adalah melakukan screening resep, baik secara administratif untuk mencegah kemungkinan resep palsu, secara farmasetis untuk mencegah timbulnya interaksi obat selama pencampuran, dan secara farmakologis untuk mencegah kerugian obat setelah masuk ke dalam tubuh, baik karena efek samping maupun dosis).
6. Kestabilan tergangguStabilitas obat tertentu dapat menurun bila bentuk aslinya digerus, misalnya bentuk tablet salut selaput (film coated), tablet salut selaput (enteric coated), atau obat yang tidak stabil (misalnya asam klavulanat) dan obat yang higroskopis (misalnya preparat yang mengandung enzim pencernaan).
7. Rusaknya obat karena digerusMisalnya saja obat tersebut dari pabrik dibuat salut enterik, dimana obat akan dilindungi agar tidak rusak karena pengaruh asam lambung, tetapi kemudian obat tersebut digerus, maka pelindung obat tersebut akan rusak, dan saat masuk ke dalam tubuh, obat terkena cairan asam lambung, obat tersebut akan rusak, sehingga tidak berefek, atau bahkan toksisitasnya meningkat.
8. Human error tinggiPada proses pembuatan puyer di apotek/rumah sakit, semua dilakukan oleh manusia, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan sangat besar, misalnya saat pembagian, dan penggerusan. Berbeda dengan pembuatan puyer di pabrik yang hampir semuanya dikerjakan oleh mesin yang sudah dengan tingkat higienitas tertentu,spesifikasi tertentu, dan tingkat keakuratan yang tinggi.
9. Ketidaktersediaan label pada kemasanTidak adanya label pada kemasan, membuat masyarakat tidak bisa mengetahui isi sediaan obat puyer, padahal hal tersebut penting apabila terjadi masalah, misalnya alergi, keracunan, atau interaksi,dan akibatnya sulit untuk mengetahui zat aktif obat yang mana yang menyebabkannya.
10. Terjadi interaksi obat11. Meningkatnya toksisitasBagaimanapun, hal-hal yang menimbulkan kerugian seperti yang telah disebutkan di atas seharusnya telah dipertimbangkan oleh seorang farmasis (yang berkompeten!) saat menerima resep pertama kali. Hal ini berlaku untuk resep obat bentuk apapun,tidak hanya puyer. Jadi, kalaupun yang dipermasalahkan adalah prosesnya yang konvensional sehingga dianggap kurang menguntungkan, maka perlu dipertimbangkan pula mengapa sebagian dokter memutuskan masih memberikan obat dalam bentuk puyer.
Keuntungan :
1. Dosis tepatTerlepas dari banyaknya kekurangan dari puyer, menurut beberapa dokter puyer ini baik sebab dapat menggunakan dosis yang tepat sesuai dengan berat badan dan umur anak. Sehingga efeknya akan lebih tepat dan sesuai dengan fisik anak.
2. Mudah diminumAnak-anak biasanya susah untuk meminum tablet atau kapsul, sehingga para dokter lebih sering meresepkan puyer, agar anak-anak mau meminum obat.
3. Lebih manjurKemanjuran disini disebabkan karena obat yang diminum sesuai dengan dosis menurut berat badan dan umur.
4. Mudah diserapSuatu obat, misalnya berbentuk tablet. Saat masuk ke dalam tubuh, obat akan mengalami disintegrasi (pecah), lalu kemudian mengalami disolusi (larut). Dan untuk puyer, puyer tidak perlu mengalami disintegrasi lagi, tetapi akan langsung larut,diabsorpsi,dan disebar ke seluruh tubuh.
5. Harga lebih murahTetapi ternyata tidak juga, ada beberapa apotek yang mengatakan kalau obat dengan puyer akan lebih mahal daripada obat paten, sebab puyer terdiri dari berbagai macam obat, selain itu juga biaya untuk pembuatannya.
6. Mempermudah pasien meminum obatHal ini terutama apabila obat yang harus diminum pasien berjumlah banyak, maka saat dibuat puyer, pasien hanya perlu meminum 1 macam sediaan, karena semuanya sudah dicampur.
Jadi bagaimana?? Lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya. Tetapi semua ini masih kontroversi.
Apabila kita lihat dari segi keuntungannya, mungkin kita bisa buat semacam peraturan atau kesepakatan agar kerugian-kerugiannya bisa diatasi, misalnya :
a. membuat daftar obat yang dapat dibuat puyer atau tidak dapat dibuat puyer
b. memberikan label/tanda pada kemasan sediaan obat tablet bahwa obat tersebut dapat atau terlarang untuk dijadikan puyer
c. menetapkan standar minimal prosedur,tempat,dan peralatan pembuatan sediaan puyer/turunannya di apotek atau praktik dokter sehingga kebersihan dan ketepatan takarannya memenuhi standar.
d. memberikan label pada kemasan sediaan obat puyer yang mencantumkan isi dan takaran obat yang terkandung, tanggal kedaluwarsa, cara penyimpanan, beserta nama dan alamat peraciknya.
e. memberikan pendidikan berkelanjutan kepada dokter dan apoteker agar selalu memperhatikan interaksi obat dan efek samping saat meresepkan/meracik obat.
sedangkan kalau kita melihat dari banyaknya kerugian, mungkin akan lebih baik apabila :
a. minta obat dalam bentuk sirup kepada dokter atau apoteker
b. ajari anak meminum tablet atau kapsul
c. lebih baik mencegah penyakit dengan meningkatkan sistem imunitas tubuh, daripada menghilangkan atau meredakan penyakit.
d. minum antibiotik hanya untuk penyakit yang disebabkan karena bakteri, sebab meminum antibiotik terlalu banyak malah akan menurunkan sistem imunitas tubuh.
(beberapa situs)